Latest Updates

Darah Kotor, Haid, dan Bisul

"Idiiih... idiiiih... darah kotor, ya?" Kalimat ini pernah sekali waktu hampir setiap malam muncul dalam tayangan iklan di televisi. Apa iya ada darah kotor? Tulisan ini akan meluruskan pengertian yang menyimpang untuk menghilangkan kekhawatiran sementara kalangan.

Anda yang pernah belajar ilmu hayat tentu mengenal istilah darah bersih dan darah kotor. Keduanya ada pada semua orang! Istilah darah bersih dipakai untuk darah yang mengalir di pembuluh arteri yang mengandung banyak oksigen dan zat nutrisi bagi tubuh. Sementara, darah yang mengalir di pembuluh vena disebut darah kotor karena mengandung lebih sedikit oksigen dan mengandung pelbagai zat buangan dari sel-sel tubuh, terutama CO2. Darah yang mengandung lebih banyak CO2 itu akan dialirkan ke paru-paru untuk "dibersihkan". Setelah "bersih" alias kembali mengandung lebih banyak oksigen, darah dibawa ke jantung yang akan memompakannya ke seluruh tubuh.

Pemahaman yang salah tentang haid juga semakin memperparah kesalahkaprahan. Ada pengertian di masyarakat bahwa haid adalah upaya tubuh untuk mengeluarkan "darah kotor" dari tubuh. Seorang wanita yang menggunakan kontrasepsi suntikan, umumnya merasa khawatir kalau tidak haid, "darah kotor" akan menumpuk di tubuh dan menimbulkan penyakit.

Yang benar, darah haid bukanlah "darah kotor" yang harus dibuang. Warnanya yang lebih gelap, kadang ditambah dengan adanya gumpalan, adalah karena darah itu bercampur dengan jaringan permukaaa dalam rahim yang luruh secara berkala setiap bulan. Ini justru merupakan proses alami yang menandakan bahwa sistem hormon wanita itu berfungsi baik.

Bila Anda menggunakan kontrasepsi suntikan atau susuk, haid memang tidak akan muncul tiap bulan karena sistem hormon Anda berada di bawah pengaruh kontrasepsi yang sengaja diberikan untuk menekan kesuburan. Peluruhan jaringan rahim memang tidak terjadi sehingga tidak ada darah haid. Sebaliknya, bila Anda tidak menggunakan kontrasepsi tetapi haid pun tidak muncul Anda perlu berkonsultasi dengan dokter.

Mitos lain menggunakan istilah "darah kotor" untuk menggambarkan apa yang disebut nanah. Dalam mitos itu dipercaya bahwa bila darah kita kalah berperang melawan kuman penyakit maka sakitlah kita dan darahnya menjadi "kotor" seperti yang terdapat pada bisul atau luka.

Tampaknya inilah yang dimaksud dengan "darah kotor" dalam iklan TV itu. Sebab, ternyata yang ingin diinformasikan adalah obat bisul, jerawat, gatal-gatal, dan biang keringat. Tak jelas, apakah iklan itu perwujudan dari kerancuan tentang istilah "darah kotor" atau memang memanfaatkan kerancuan itu sebagai taktik dagang. Yang jelas, bisul, jerawat, gatal-gatal, biang keringat, bukan disebabkan oleh darah kotor karena memang tak ada darah yang kotor.

Memang benar, ada komponen darah kita yang bertugas "bertempur" melawan kuman tetapi kuman tidak akan membuat darah menjadi kotor. Yang benar, bila kebersihan diri (higienis) tidak terpelihara, khususnya kulit, banyak masalah dapat terjadi. Karena kotoran paling mudah melekat pada rambut dan pangkalnya, maka bagian itu menjadi pintu masuk (port d'entre) kuman untuk menimbulkan infeksi pada bagian kulit yang lebih dalam sehingga timbullah bisul.

Yang perlu dicermati adalah cara merawat berbagai kelainan kulit itu. Koreng dan eksem yang basah bernanah mungkin memerlukan kompres basah, sedangkan kelainan yang bersifat kering dapat diobati dengan krim. Mintalah dokter Anda menjelaskan cara mengompres yang benar sebab pengompresan yang salah dapat menyebabkan luka tak kunjung mengering. Kelainan kulit yang sudah mengering dapat diobati dengan krim atau salep.

Bisul biasanya akan sembuh sendiri. Bila bisulnya pecah yang perlu dilakukan hanya membersihkan nanahnya dengan larutan antiseptik. Sisa bisulnya akan sembuh sendiri. Jadi jelas, tak ada darah kotor, tidak ada juga penyakit darah kotor, yang ada hanyalah kebersihan diri yang buruk yang mengundang penyakit. (intisari)

0 Response to " Darah Kotor, Haid, dan Bisul "

Posting Komentar

Entri Populer

Pengalaman Ibu Rita

Saya mengalami hipermenore yang cukup parah. Tiap haid, perdarahannya banyak dan berlangsung lama. Tepatnya antara bulan Januari - Februari 2009, saya mengalami perdarahan haid yang over banyak dan berlangsung selama 1 bulan, sampai-sampai harus masuk RS lantaran anemia. “Hb-ku drop hingga level 6, dan harus menjalani transfusi darah”.

Pada April 2009, saya kembali mengalami hipermenore, perdarahan haidnya sudah berlangsung selama 3 minggu. Saat browsing di internet, saya menemukan website FEMONA Setelah berkonsultasi selanjutnya saya memutuskan untuk mengkonsumsi FEMONA saat itu juga.

Selama minum FEMONA dengan dosis 6 kapsul/hari. Secara bertahap hari demi hari perdarahannya terus berkurang secara signifikan dan akhirnya berhenti total pada hari keempat. Sejak itu saya terus konsumsi FEMONA dengan dosis pemeliharaan kesehatan (2 kapsul/hari), dan hingga saat ini saya tidak pernah mengalami hipermenore lagi. (Rita Marinna,36 th, IT-Application Developer, Jakarta)

Pengalaman Ibu Linda

Tiga tahun lebih siklus menstruasi saya tidak teratur. Haid saya datangnya 3- 4 bulan sekali, bahkan pernah sampai 6 bulan. Saya sudah coba periksa ke dokter, dan hanya haid kalau minum obat dari dokter. Tapi setelah obatnya habis, haid saya kacau lagi. Sampai akhirnya pada 15 Februari 2009, saya mulai konsumsi Femona.

Setelah 13 hari minum Femona secara rutin setiap hari dengan dosis @ 2 kapsul setiap pagi dan sore, akhirnya saya dapat haid lagi. Selama 3 hari pertama haid, darah yang keluar banyak sekali tapi selanjutnya normal. Sejak itu , siklus haid saya normal hingga sekarang. (Linda, 28 th, karyawati, Bandung)

Pengalaman Ibu Dona

Saya sudah 20 tahun mengalami PMS. Setiap menjelang haid, saya selalu mengalami berbagai gangguan seperti perut mual, kepala sakit, badan lemas, pinggang nyeri dan pegal-pegal serta emosi labil. Sudah 20 tahun juga saya mengalami nyeri haid yang cukup parah yang kadang-kadang membuatnya sampai pingsan. Selama itu pula saya lebih banyak mengandalkan obat-obat pereda sakit untuk mengatasi penderitaan akibat berbagai gangguan menstruasi yang dialaminya.

Persis seminggu menjelang haid, saya mulai konsumsi FEMONA dengan dosis 3 x 1 kapsul/hari. Setelah konsumsi FEMONA, hari demi hari saya merasakan perubahan yang signifikan dalam tubuh. Secara bertahap gejala-gejala PMS mereda dan akhirnya hilang. Kemudian saat mulai perdarahan haid, saya meningkatkan dosis konsumsi FEMONA hingga 2 x 2 kapsul /hari. Dan hasilnya adalah nyeri haid parah yang biasa dialami sudah tak terasa lagi. (Ibu Donna, 39 th, wiraswastawati, Medan)